Senin, 06 Oktober 2014

Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, B, C, D atau E. Hepatitis dapat menimbulkan gejala demam, lesu, hilang nafsu makan, mual, nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna coklat yang kemudian diikuti dengan ikterus (warna kuning pada kulit dan/sklera mata karena tingginya bilirubin dalam darah). Hepatitis dapat pula terjadi tanpa menunjukkan gejala (asimptomatis).
Tabel 3.4.7
Proporsi penderita hepatitis A, B, C, dan hepatitis lain menurut provinsi, Indonesia 2013
Provinsi
Jenis Hepatitis yang Diderita
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis Lain
Aceh
13.4
15.8
0.1
1.3
Sumatera Utara
12.3
12.7
1.5
1.3
Sumatera Barat
22.4
15.2
7.4
0.0
Riau
28.0
26.2
2.4
2.1
Jambi
10.9
9.3
4.6
2.0
Sumatera Selatan
22.4
22.4
0.0
1.6
Bengkulu
8.6
19.2
4.5
0.0
Lampung
37.4
14.8
1.2
0.0
Bangka Belitung
6.5
48.2
0.0
0.0
Kepulauan Riau
53.6
7.1
21.3
0.0
DKI Jakarta
17.1
37.7
5.0
3.3
Jawa Barat
21.1
27.3
1.6
0.9
Jawa Tengah
16.4
21.9
3.1
2.7
DI Yogyakarta
15.1
15.5
0.0
3.7
Jawa Timur
17.5
17.4
2.5
1.1
Banten
28.6
25.5
6.0
5.1
Bali
25.7
20.1
6.4
6.7
Nusa Tenggara Barat
8.4
18.9
1.3
0.0
Nusa Tenggara Timur
27.9
29.7
3.2
1.0
Kalimantan Barat
7.8
30.7
3.1
6.2
Kalimantan Tengah
12.9
25.2
0.0
0.0
Kalimantan Selatan
23.5
15.7
0.9
0.6
Kalimantan Timur
27.1
8.7
5.2
0.0
Sulawesi Utara
14.0
6.8
0.0
2.4
Sulawesi Tengah
15.9
16.3
0.7
3.4
Sulawesi Selatan
17.8
15.1
3.2
5.8
Sulawesi Tenggara
24.5
14.5
0.0
1.6
Gorontalo
4.9
10.1
0.0
0.0
Sulawesi Barat
6.3
39.0
0.0
0.0
Maluku
2.0
47.6
0.0
3.5
Maluku Utara
10.9
19.3
0.0
0.0
Papua Barat
5.2
30.3
0.0
6.2
Papua
8.9
36.5
4.6
2.1
Indonesia
19,3
21,8
2,5
1,8


Pola konsumsi makanan berisiko
Perilaku konsumsi makanan berisiko, antara lain kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman manis, asin, berlemak, dibakar/panggang, diawetkan, berkafein, dan berpenyedap adalah perilaku berisiko penyakit degeneratif. Perilaku konsumsi makanan berisiko dikelompokkan ‘sering’ apabila penduduk mengonsumsi makanan tersebut satu kali atau lebih setiap hari.

Tabel 3.10.9
Proporsi penduduk umur ≥10 tahun dengan perilaku konsumsi berisiko >1 kali sehari menurut provinsi, Indonesia 2013
Provinsi
Perilaku konsumsi berisiko ≥1 kali per hari
Manis
Asin
Berlemak
Penyedap
Aceh
52.3
12.3
21.2
37.9
Sumatera Utara
62.5
15.9
21.4
44.6
Sumatera Barat
48.1
6.8
34.3
48.5
Riau
54.9
15.6
25.2
78.1
Jambi
52.3
22.8
177
74.5
Sumatera Selatan
63.3
37.8
26.9
79.6
Bengkulu
42.6
21.5
21.2
84.1
Lampung
59.3
32.4
21.4
82.7
Bangka Belitung
42.5
7.9
22.4
87.4
Kepulauan Riau
60.5
8.7
34.2
75.9
DKI Jakarta
61.4
20.3
47.8
77.8
Jawa Barat
50.1
45.3
50.1
87.1
Jawa Tengah
62.0
30.4
60.3
83.1
DI Yogyakarta
69.2
12.4
50.7
77.8
Jawa Timur
47.8
24.3
49.5
80.5
Banten
47.1
33.6
48.8
82.9
Bali
22.4
6.4
18.4
72.5
Nusa Tenggara Barat
32.2
10.9
26.1
84.8
Nusa Tenggara Timur
30.0
8.2
7.9
69.6
Kalimantan Barat
58.8
30.0
25.9
74.7
Kalimantan Tengah
67.6
23.4
41.8
81.7
Kalimantan Selatan
70.4
16.6
35.8
82.6
Kalimantan Timur
60.6
15.6
23.9
69.1
Sulawesi Utara
53.8
5.8
42.7
75.0
Sulawesi Tengah
49.8
9.3
30.6
76.5
Sulawesi Selatan
50.8
19.4
25.0
77.1
Sulawesi Tenggara
44.4
11.5
17.9
68.6
Gorontalo
51.8
8.4
44.4
74.7
Sulawesi Barat
52.1
30.1
17.6
64.0
Maluku
62.2
9.2
33.0
82.6
Maluku Utara
50.6
13.1
38.0
66.2
Papua Barat
61.0
9.0
27.0
70.7
Papua
42.6
11.0
20.2
48.4
Indonesia
53.1
26.2
40.7
77.3

Konsumsi makanan olahan dari tepung
Perilaku mengonsumsi makanan jadi dari olahan tepung juga dikumpulkan pada Riskesdas 2013. Makanan olahan dari tepung dicurigai mengandung bahan atau lapisan lilin, dan bahan pengawet. Contoh makanan jadi olahan dari tepung adalah mi instan, roti dan biskuit.
Tabel 3.10.10
Proporsi penduduk umur ≥10 tahun dengan perilaku konsumsi makanan olahan dari tepung >1 kali sehari menurut provinsi, Indonesia, 2013
Provinsi
Makanan olahan tepung ≥1 kali per hari
Mi Instant
Roti
Biskuit
Aceh
9.6
17.1
15.9
Sumatera Utara
5.6
25.0
21.1
Sumatera Barat
4.1
23.2
18.7
Riau
9.9
19.2
16.0
Jambi
10.3
19.2
15.0
Sumatera Selatan
18.2
12.1
9.5
Bengkulu
7.5
9.3
8.3
Lampung
6.4
7.9
8.2
Bangka Belitung
14.2
18.1
13.1
Kepulauan Riau
10.0
34.2
29.8
DKI Jakarta
12.4
24.1
19.6
Jawa Barat
13.8
16.4
14.6
Jawa Tengah
6.5
12.3
11.1
DI Yogyakarta
5.1
16.2
13.4
Jawa Timur
6.7
9.4
8.3
Banten
11.8
19.0
14.6
Bali
5.3
20.5
16.2
Nusa Tenggara Barat
13.9
14.3
13.1
Nusa Tenggara Timur
7.7
8.0
7.3
Kalimantan Barat
14.8
18.9
16.9
Kalimantan Tengah
15.6
14.7
14.6
Kalimantan Selatan
13.5
20.3
17.2
Kalimantan Timur
12.6
17.7
17.2
Sulawesi Utara
5.8
20.9
15.2
Sulawesi Tengah
10.9
12.6
11.8
Sulawesi Selatan
16.9
14.6
14.7
Sulawesi Tenggara
18.4
20.0
13.2
Gorontalo
5.5
10.7
10.3
Sulawesi Barat
9.6
10.0
8.5
Maluku
14.8
43.1
15.7
Maluku Utara
11.2
24.2
16.2
Papua Barat
11.6
15.2
10.8
Papua
15.9
11.1
12.1
Indonesia
10.1
15.6
13.4
Proporsi penduduk umur ≥10 tahun menurut frekuensi makanan bersumber tepung terigu ≥1 kali/hari
Tabel 3.10.10 menunjukkan rerata penduduk Indonesia berperilaku mengonsumsi mi instan. Satu dari sepuluh penduduk mengonsumsi mi instan ≥1 kali per hari. Tujuh provinsi tertinggi yang mengonsumsi mi instan ≥1 kali per hari di atas rerata nasional adalah Sulawesi Tenggara (18,4%), Sumatera Selatan (18,2%), Sulawesi Selatan (16,9%), Papua (15,9%), Kalimantan Tengah (15,6%), Maluku dan Kalimantan Barat (14,8%). Hanya 3,8 persen penduduk mengonsumsi mi basah ≥1 kali per hari.
Sebanyak 13,4 persen penduduk Indonesia mengonsumsi biskuit ≥1 kali per hari. Proporsi penduduk mengonsumsi biskuit berada diatas rerata nasional yaitu Kepulauan Riau (29,8%), Sumatera Utara (21,1%), DKI Jakarta (19,6%), Sumatera Barat (18,7%), Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (masing-masing 17,2%)
Sumber: Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013